Jumat, 07 Oktober 2011

AGAMA BUDHA

RIWAYAT HIDUP BUDHA GAUTAMA

       Dikawasan sebelah timur negeri India dan berbatasan dengan kerajaan Kausala diantara Binares dan pegunungan Himalaya di utara sunggai Gangga yang suci. tempat itu ialah asal suku bangsa Sakya dari golongan kesatria. Anak-anak raja suku inilah yang berkuasa diatas bumi ini segala perintahnya ditaati dan buah pikirannya di terima. Sudhodana seorang bangsawan suku bangsa ini tinggal di sebuah kampung bernama Kapilawastu, istrinya bernama Maya. mereka hidup bersama-sama dalam kenikmatan dan kemewahan serta kebesarannya .

        Pada tahun 563 SM, Sudhodana di karuniai seorang anak yang di berinama Sidharta. Pada minggu pertama kelahirannya ibunya meninggal lalu ia di pelihara oleh saudara ibunya , Mahayapati. Nama lengkap Sudharta adalah Sudharta Gautama dari Sakya. Sudharta adalah nama kecilnya, Gautama nama tuanya, dan Sakya adalah marga keluarganya. Menjelang kelahirannya banyak peristiwa-peristiwa yang luar biasa, seperti keadaan dunia tiba-tiba tampak begitu indahnya, diliputi oleh tebaran bunga teratai, pohon-pohon pada berbunga, orang bisu bisa bicara, orang tuli bisa mendengar, orang buta bisa melihat, orang lumpuh bisa berjalan, alat-alat musik berbunyi sendiri dan lain-lain. Itu semua pertanda akan datangnya anak yang kelak akan menjadi pemimpin yang besar.

         Sewaktu Sidharta lahir dikisahkan ayahnya memanggil juru ramal untuk mengetahui nasib ahli warisnya ini di masa yang akan datang. Semua juru ramal mempunyai pendapat yang sama bahwa anak ini adalah anak yang luar biasa. Namun karirnya dilanda oleh suatu keragu-raguan yng bersifat mendasar. Jika ia tetap hidup dalam dunia maka ia akan menyatukan seluruh India dan akan menjadi penakluk yang terbesar, seorang cakrawarti, atau raja sejagat. dilain pihak jika ia meninggalkan hidup keduniaan ia tidak akan menjadi seorang raja, tetapi seorang penyelamat dunia. Menghadapi pilihan ini ayahnya bertekat untuk membimbing putranya menjadi raja sejagat. Segala upaya di lakukannya agar pikiran pangeran itu melekat erat dengan kehidupan duniawi ini. Tiga istana dan 40 ribu gadis penari diserahka padanya supaya ia tidak merasa bosan dan terus merasa nikmat hidup di istana. Secara khusus sang pangeran harus di jaga agar ia tidak mengenal penyakit, cacat, dan kematian. Bahkan sewaktu ia berkendaraan keluar istana, beberapa oarang petugas disuruh berlari terlebih dahulu untuk membersihkan jalan raya dari pemandanggan yang tidak bagus.

Sudharta Gautama dilahirkan pada tahun 563 SM dan wafat pada tahun 483 SM. Sudarta Gautama meninggal dalam usia 80 tahun. Ceritanya beliau meninggal setelah makan dirumah Cunda si Pandaia besi. Beliau wafat karna makan Jamur beracun, yang secara tidak sengaja telah masuk kedalam makanan yang dihidangkan.

Asal Usul Nama Agama Budha

          Setiap nama suatu agama pada umumnya oleh sebagian ahli dikaitkan dengan nama pembwa atau tokohnya sebagai simbol ajaran yang di kemukakannya. Nama Budha misalnya merupakan gelar yang diberikan kepada sidharta gautama sang pencetus ajaran agama budha. kata budha cenderung erat hubungannya dengan nama pohon yang di tempeli sidharta gautama bertapa untuk merunungkan atau bermeditasi memnperoleh wahyu tentang sumber penderitaan umat manusia, pohon tersebut adalah pohon Budi. disini budi dapat diartikan sebagai badan/raga yang menunjukkan keterkaitannya dengan jiwa /kesucian. oleh karna itu budha brarti kesucian pribadi baik jasmani maupun rohani, dalam hal ini yang dimaksud adalah sidharta hautama yang memiliki keperibadian yang suci. Dalam buku Huston smit, “agama agama manusia “ dikatakan bahwa gelar budha yang mempunyai arti bangun atau pun mangetahui dengan demikian kata budha berarti ia yang mengetahui atau ia yang bangun. kata sandaran budha padanya menurut cerita ini berawal dari ketika ia ditanya orang tentang apakah ia seworang dewa, santo atau malaikat ia hanya menjawab aku ini bangun.

Dari penjelasan diatas dapat pemakalah simpulkan bahwa kata budha mempunyai tujuan yang sama yaitu, sama-sama menganggap sidharta gautama seorang yang memberi pencerahan baru dengan paham yang didapatnya dan nsma itu disandarkan pada dirinya.

Latar Belakang Lahirnya Agama Budha
        Ada suatu anggapan bahwa agama budha (buddhisme) bukanlah merupakan agama melainkan aliran/ kekuatan moral (moral force) yang mengajarkan tentang nilai-nilai kesusilaan yang sangat tinggi khususnya berbicara tentang bagaimana layaknya manusia itu hidup. pendapat ini di dukung oleh adanya suatu daya historik (tarikhi) yang membuktikan bahwa sang budha tidak pernah membicarakan masalah TUHAN melainkan terfokus kepada persoalan penderitaan manusia (dukkha).

           Dalam hal ini berawal dari sidharta gautama atau budha gautama, dimana dia dari keturunan yang serba berkecukupan dan orang yang berperan penting dalam kehidupan waktu itu. dalam hal sepeti ini tidak mustahil ia hidup dalam keluarga yang serba cukup atau bisa dikatakan apapun yang ia inginkan akanj didapatkannya. sidharta gautama hidup di istana dijaga dengan sebaik-baiknya agarv ia t idak merasa jenuh dengan kehidupan istana, karna kepercayaan ayahnya derngan peramal diwaku ia baru lahir.

          Dia pun memiliki semua itu dalam usia dupuluhan ia meresakan suatu keresahan jiwa yang akan mendorongnya meninggalkan seluruh kekayaan duniawinya itu. pada suatu hari, seorang tua telah diturunkan atau dijelmakan secara ghaib oleh dewa-dewa untuk memberikan pengalaman yang berisi pengajaran bagi sang pangeran disaat itu. sorang cacat, ompong, rambutnya telah ubanan, pincang dan bungkuk, bersandar pada subuah tongkat dengan badannhya gemetar. hari itu sidarta mengenal kenyatan adnya usia tua. pada perjalanan kedua kalinya sudharta bertenmu dengan seorang yang penuh dengan penyakit tebaring dipinggir jalan. dalam perjalan ketiga, ia bertemu dengan sesosok jenazah. Akhirnya dalam kesempatan keempat ia melihat seorang rahib dengan kepala dicukur gundul, memakai jubah warna kuning tanah sedang memegang sebuah mangkuk. pada hari itu ia belajar tentang kemungkinan mengundurkan diri dari hidup duniawi ini. dalam cerita ada halnya sebuah dongeng, tapi mengandung kebenaran yang penting. karna ajaran-ajaran budha menunjukkan bahwa tubuh jasmani manusia tidak bisa luput dari sakit, cacat, kematin, ia mengalami kekecewaan bila mencari kepenuhan hidupnya dalam tubuh jasmaniyahnya itu. hidup manisia tidak luput dari usia ua dan kematian.

         sekali ia telah berkesimpulan tubuh enusia pasti mengalami sakit dan kematian, ia tidak dadat lagi kembali pada kenikmatan jasmani belaka. nyanyian para gadis penari, buaian irama kecapi dan simbal, pesta dan arakan yang mewah, dll. pada suau malam di usia yang ke 29 ia memutuskan untuk meninggalkan istana untuk menjadi seorang pencari kebenaran. pada malam itu ia pergi bersama pengawalnya ke hutan memakai kuda. ketika sampai dipinggir hutan menjelang fajar, gautama bertukar pakaian dengan pengawalnya. pengawalnya kmudian kembali ke istana bersama kudanya unutuk menyampaikan berita itu. sementara itu gautama mencukur ranbutnya dan memakai pakain compang –camping, ia masuk kehutan lebat untuk mencari penerangan hati.

          Enam tahun lamanya beliuau mengarahkan seluruh kekuatannya untuk maksut itu. Alangkah beratnya hidup sdebagai penghuni hutan sendirian. dalam rangkaian usahanya itu, rupanya beliau melewati tiga tahap. langkah pertama adalah mencari dua orang guru hindu yang paling terkemukaka pada waktu itu untuk menggali pikiran mereka menganai kebjaksanaan tradisi hindu yang amat luas itu. langkahnya yang berikut adalah bergabung dengan sekelompok pertapa dan mencoba mengalami kehidupan mereka itu scara langsung. dalam menjani pertapaan ia menahan lapar yang bersangatan, ia tidak mau mandi sampai daki dibadannya demikian tebal,sehingga ia jatuh sendiri. akhirnya tubuhnya demikan lemah sehingga ia jatuh pingan.
Pengalaman ini meyakinkannya, betapa sia-sianya hidup bertapa ini. hidup bertapa tidak membawa kepada penerangan rohani yang dicarinya. namun pengalaman ini memberikan landasan positif pertama alam filsafatnya, yaitu dimana tubuh hanya diberi apa yang dibutuhkannya untuk hidu[ secara layak, baik makanan maupun istirahat. stelah meninggalka bertapa gautama menggunakan tahap terakhir dari upaya pencariannya itu untuk menggabungkan pikiran yang tgar dengan konsentrasi mistik menurut petunjuk raja yoga. pada suatu malam ia duduk dibawah pohon ara yang dikenal dengan pahon bo (disingkat dari kata bodhi atau penerang rohani), disinalh ia mendapatkan ketenangan jiwa ataupun ilham dari yang maha tinggi.
Hampir setengah abad setelah itu sang budha melangkah dengan susah payah sepanjang jalan-jalan di india yang berdebu demi untuk menyampaikan berupa obat mujarrap berupa pesannya tentang melenyapkan rasa mementingkan diri sendiri dan menyelamatkan hidup ini. beliau mendirikan suatu orda rahib, disamping itu ia terus berhutbah dikalangan masyarakat. ia juga melatih para rahib menertibkan pelnggaran disiplin. dalam kesibukannya berhutbah ia masih menyempatkan dirinya besemedi sekali dalam tiga hari, supaya melalui semedi beliau dapat mengalihkan beban hidupnya kepusat rohani yang suci itu.

Sumber Agama Budha
            Sumber pengetahuan tentang agama budha secara tertulis pertama dalam bahasa pali. Yang dipakai oleh aliran theravada dari golongan hinayana terutama diserilangka, kamboj, dll. Awal mulanya ajaran budha pada masa ia hidup belum tersusun seprti sekarang hanya berada dalam ingatan atau hafalan para bikshu yang baik dalam bentuk khutbah-khitbah, kata-kata mutiara, syair, cerita, maupun peraturan-peraturan dan sebagainya. Kumpulan dari ajaran budha kemudian dikelompokkan masing-masing disebut pittaka (keranjang) yang terduri dari tiga atau dikenal dengan tri pittaka (tiga keranjang). sebagai berikut;

a. Tri pittaka yaitu tiga keranjang kebijaksanaan yang terdiri dari :

1. Sutra pittaka: berisikan himpunan ajaran dan khutbah budha, baiok yang berhubungan dengan percakapan, pribadatan dan kata-kata hikmat, maupun saja-sajak agamawi, kisah berbagai orang suci, kesemuanya ditujukan pada orang awam dalam agama budha.
2. Vinaya pittaka: berisikan peraturan tata hidup setiap anggota biara (sangha), peraturan ini disusun sesuai dengan perkembangannya.
3. Adidharma pittaka: beisikan himpunan yang memunyai nilai-nilai tinggi an pembahasan yang mendalam tentang roses pemikiarn dan proses kesdara dan ditujukan kepada kaum terpelajardalam agama budha.
b. Sanghyang kemahayanika, yang ditulis dalam zaman perkembangan agam budha di indonesia pada zaman dahulu.

Dari segi pembahasan, kitab suci agama budha ada dua macam yaitu:
a) kitab sutra, yang diangap segbagai uacapanbudha itu sendiri.
b) kitab sutra, yaitu kitab berisikan uaraian sistematis oleh tokoh-tokoh ternama dikalngan budha seperti: nangarjima dan vasubaandhu.

Pokok-Pokok Keyakinan dalam Agama Budha

pokok-pokok keyakinan dalam agama budha terkenal dengan panca saddha, ini wajib diyakini oleh sertiap pemeluk agama budha, yaitu :

a. keyakinan terhadap adanya sanghyang adhi budha. Keyakinan tersebut berarti: mempercayai adanya tuhan yang maha esa dalam agama budha, yaitu mengakui Brahma sebagai tuhan yang menciptakan dan bersifat kasih sayang kepada semua makhluknya tetapi kupasan kepercayaan kepada tuhan dalam agama budha jarang sekali dikemukakan hanya yang banyak dibicarakan adalah ajaran tentang budi pekerti, keyakinan terhadap nirwana dan sebagainya.

b. Keyakinan terhadap adanya budhisatwa adanya para budhisatwa dan para budha. Budhisatwa artinya calon budha, sebelum seseorang menjadi budha terlebih dahulu ia menjadi budhisatwa budhisatwa itu berdiam di surga tusita. Budhisatwa yang pernah lahir ke dunia ini adalah sidharta gautama atau budha gautama.

c. Keyakinan terhadap adanya hokum-hukum kesenyataan
Hukum kesenyataan artinya hokum abadi yang berlaku di mana-mana yang mengatasi waktu, tempat dan keadaan. Jadi kesenyangan berlaku kepada siapa saja dan dimana saja. Ada empat macam hokum kesenyataan tersebut, yaitu :

1. cattari Arya Saccami ( empat kenyataan mulia)
2. karma phala dan punarbhawa artinya hokum karma dan hokum kelahiran kembali
3. tilakhama (tiga corak umum )
4. paticca-samuppada (hokum sebab musabab yang salng bergantungan)
d. Keyakinan terhadap kitab suci

seorang penganut budha bahwa ajaran ajaran budha telah di tulis dalam kitab sucinya yang mempunyai nilai-nilai kebenaran yang mutlak.

e. Keyakinan terhadap nirwana berarti perniadaan hasrat, keinginan, kebingungan, pengertian nirwana tersebut dalam agama budha kemudian mengalami perkembangan terutama dalam mazhab tharavada yang pada mulanya berpendapat bahwa budha gautama dikala itu telah mencapai Nirwana kemudian pada masa belakangan timbul pendapat bahwa budha gautama setelah meni nggal dunia masauk ke para nirwana atau nirwana terakhir.



Ajaran-Ajaran Agama Budha

Ada beberapa ajaran pada agama budha, yakni ;

1. Empat kebenaran utama (khutbah pertama sang budha )
• lahirnya manusia, menjadi tua dan meninggal dunia.
• Penderitaan itu di sebabkan oleh hati yang tidak ikhlas dan hawa nafsu.
• Penderitaan dapat di hilangkan, dengan hati ikhlas dan hawa nafsu ditahan
• Cara melenyapkan penderitaan hanya dengan menjalani delapan jalan tengah atau jalan kebenaran.
a. Berpandangan yang benar
b. berniat yang benar
c. Berbicara yang benar
d. Berbuat yang benar
e. Berpenghidupan yang benar
f. Berusaha yang benar
g. Berperhatian yang benar
h. Memusatkan pemikiran yang benar
2. triratna (tiga permata)

Ada tiga pengakuan dalam agama budha yaitu ;
• Buddhan saranan gacchami (saya berlindung didalam budha)
• Dhamman saranam gacchami (saya berlindung didalam dhamman)
• Sangham saranam gacchami (saya berlindung didalam sangha ).
3. Dassasila (sepuluh peraturan )bagi penganut agama budha.

Setiap penganut agama budha dari golongan bikshu, maupun pengikut biasa. Jika mereka perempuan harus berusaha mencapai keselamatan dan melepaskan diri dari lingkungan hawa nafsu, dan memiliki akhlak serta sifat-sifat keutamaan dengan menjalankan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sang budha, dassasila (sepuluh peraturan), yaitu;

• jangan mengganggu dan menyakiti makhluk
• jangan menggambil apa yang tidak di berikan
• jangan berzina
• jangan berkata bohong
• janagn meminum barang yang bias memabukkan.
Dan untuk golongan biksu ditambah lima lagi
• jangan makan bukan pada waktunya
• jangan menonton dan menghadiri pertunjukan
• jangan memakai perhiasan emas dan wangi-wangian.
• Jangan tidur di tempat yang enak
• Jangan mau menerima hadiah uang.

4. rukun syarat beragama budha

Adapun rukun beragama budha dan ketentuan-ketentuan dalam beragama budha adalah sebagai berikut :
• tiap-tiap orang hendaklah berusaha mengetahui budha itu sedalam dalam nya.
• Manusia harus mempunyai sukma yang halus
• Manusia jangan sampai melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain
• Manusia harus mencari penghidupan yang tidak mendatangkan kebinasaan bagi orang lain.
• Tiap tiap orang harus mempunyai niat yang suci dan bersih
• Tiap tiap orang hendaknya memikirkan semua mahkluk
• Manusaia hendaklah mempunyai roh yang kuat untuk menciptakan kebaikan dan menghilangkan kejahatan.

5. stupa
Stupa, yaitu suatu bangunan bundar, seperti hubah dan berpuncak lurus keatas, untuk menyimpan benda-benda suci.


DAFTAR PUSTAKA


Nasrul, Sejarah Agama-Agama, IAIN IB Press, padang, 1999

Shalaby, Ahmad, Agama-Agama Besar di India, Bumi aksara, Jakarta, 1998.

Smith, Huston, Agama-Agama Manusia, PT midas surya grapindo, jakarta, 1985,

Abdul Manaf, Mujahid, Sejarah Agama-Agama, PT raja grapindo persada, Jakarta, 1996

Ghazali, Bahri, Studi Agama-Agama Dunia Bagian Agama Non Semitik, CV. Pedoman ilmu jaya, Lampung, 1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar