Pendahuluan
Dewasa
ini pemahaman atau keterikatan mengenai ketuhanan sangat banyak bermunculan
apalagi masalah ketidak yakinan seseorang kepada sang maha agung yakni Tuhan.
Baik itu di dunia timur maupun di dunia barat, dikarenakan masalah semakin
majunya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Sehingga orang orang
berpaling kedalam kepercayaan yang di yakini nya sebagai sesuatu yang benar,
baik itu dirinya sendiri maupun alam yang tampak ini. Dan mulai meragukan
keyakinan nya kepada yang di agung nya itu sendiri yakniTuhan. Dan sampai
sampai ada yang meyakini bahwa tuhan itu tidak ada (atheis)..
Di
dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan bagaimana atheisme itu
sendiri dan apa apa saja bagian dari atheis itu sendiri, baik itu atheis
teoritis maupun atheis praktis,
Kemudian
di dalam makalah ini, penulis juga menggambarkan bagaiman konsep yang di pakai
di dalam paham atheisme prakti dan juga di dalam paham atheisme teoritis
Memang di dalam makalah ini ada yang agak
melenceng dari pembahasan yang sebenarnya sebab, penulis rasa itu perlu di
bahas dan sangat wajib di ketahui dan di diskusikan, apalagi di dalam pembahasan
mengenai pembagian dari atheis itu sendiri.
ATHEIS PRAKTIS DAN
ATHEIS TEORITIS
1. Pengertian Atheisme
Kata
Atheis berasal dari bahaasa yunani yakni Atheos
yang berarti tanpa Tuhan, a artinya
tidak dan theos berarti tuhan. Dan di dalam kamus filsafat disebutkan atheisme
barasal dari a “tidak” dan Teisme paham
tentang Tuhan.[1]
Secara terminologi Atheis adalah suatu aliran yang tidak mengakui adanya Tuhan dan
juga menolak agama sebagai jalan kehidupan. [2]
Atheis
adalah suatu aliran yang muncul pada abad ke 19 masehi yang meyakini bahwa Tuhan
di dalam kehidupan manusia tidaklah ada. sebenarnya atheis bukanlah suatu paham
yang meyakini bahwa Tuhan tidak ada, melainkan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.
Atheis
bukanlah suatu keyakinan atau kepercaayaan (Agama) melainkan suatu sistem
ketidak percayaan atau ketidak yakinan. Atheis bukanlah sebuah agama, yang
memiliki ajaran secara resmi, sebab tidak punya ajaran tertentu, tidak punya
kitab suci tertentu dan tidak juga menyembah apapun.
Atheis
hanyalah suatu keadaan sebatas tidak percaya bahwa Tuhan ada, tidak lebih dari
itu, tapi tidak ada jaminan seorang beragama dan percaya pada tuhan akan
berbuat baik. Sebenar nya pemikran bahwa tidak ada Tuhan tidak berarti juga
berpikir bahwa manusia bebas melakukan apapun.
2.Latar belakang
munculnya Atheis
Ateis
adalah suatu paham yang muncul sekitar abad ke-19 masehi, yang mana pada masa
itu sekelompok orang telah di pengaruhi oleh alam, keaktualan diri sendiri,
percaya pada faktual nyata alam panca indra. Sehingga sesuatu yang di luar diri
manusia itu tidaklah ada.
Pengaruh
eksistensialisme pada abad ke-19 awal
abad-20 telah mempengaruhi manusia. Dalam filsafat eksistensialisme,
mengajarkan bahwa manusia yang sesungguhnya bereksistensi. Maksudnya manusia
sama sekali bebas, ia dihukum untuk hidup dengan bebas. Dapat kita pahami bahwa
eksistensilisme inilah yang sangat mempengaruhi untuk tidak percaya kepada Tuhan.[3]
Dari rujukan lain penulis
mendapatkan bahwa, latar belakang munculnya Atheis ini pertama kali di gunakan
untuk merujuk pada ”kepercayaan
tersendiri” pada akhir abad ke- 18 di eropa, utama nya merujuk kepada
ketidak percayaan pada tuhan monoteis.
Pada abad ke-20, globalisasi memperluas definisi istilah ini untuk merujuk pada
“ketidakpercayaan pada semua Tuhan/Dewa” walaaupun
masih umum untuk merujuk atheis sebagai “ketidakpercayaan
pada tuhan (monoteis).”
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya Atheis ini yakni;
À Perkembangan
teknologi dan sains
À Faham
sosial progresif
À Faktor
moraliti
Pembagian Atheis
Atheis
dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian yakni;
1. Atheis
klasik
Atheis
klasik adalah penyangkalan tuhan nerdasarkan
pengalaman-pengalaman pahit yang dilalui oleh manusia dalam hidupnya. Di dalam
kelompok ini di yakini bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia menjadi atheis, yakni;
·
Faktor yang meyakini
bahwa bumi dan alam semesta ini tidak memperhatikan kesempurnaan yang
diharapkan oleh sang pencipta.
·
Faktor yang meyakini
bahwa Tuhan itu tidak adil.[4]
2. Atheis
praktis dan atheis teoritis
Di dalam paham ini, yakni atheis
praktis, sebenarnya masih meyakini akan adanya Tuhan, tetapi menolak dengan
cara hidupnya. Dalam hidupnya ia bertindak seolah olah tuhan tidak ada.
kemudian atheis teoritis, di dalam atheis teotitis ini dapat di bagi menjadi
dua yakni;
·
Atheis
Teoritis Negatif, penganut paham ini mengakui bahwa
tidak mengetahui tuhan, maksudnya ia kacau dalam masalah tentang ketuhanan.
Meragukan keberadaan tuhan karena argumen mengenai ketuhanan itu mustahil.
·
Atheis
Teoritis Positif, paham ini meyakini bahwa secara
sabjektif tuhan itu tidak ada.
3. Atheis Materialisme Dan
Posiotifisme, bentuk atheis ini secara gamlang dapat
di temukan dalam materialisme dan posiotifisme. Aliran aliran ini menolak
keberadaan Tuhan yang rohani dan Trasenden.[5]
Atheisme Praktis
Dan Atheis Teoritis
Atheisme Teoritis
Atheis teoritis
secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan Tuhan, dan secara
aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan Tuhan, seperti
misalnya argumen dari rancangan dan
taruhan dari pascal terhadap berbagai alasan-alasan teoriis untuk menolak keberadaan
Tuhan, utamanya secara ontologis, aksiologis, dan epistemologis. Selain itu
terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis.[6]
Atheis Praktis
Dalam
atheis praktis atau prakmaatis, yang
juga dikenaal sebaagai apetaisme,
individu hidup tanpaa Tuhan dan menjelaskan penomena alam tanpa menggunakan
alasan paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan Tuhan tidaklah disangkal,
namun dapaat dianggap sebagaai tidak penting dan tidak berguna, tuhan tidaklah
memberikan kita tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita.
Salah satu bentuk ateisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas ilmiah
adalah naturalisme motodologis, yaaitu pengambilan asumsi naturaalisme
filosofis dalam metode ilmiah yang tidak di ucapkan dengan ataaupun tanpa secara
penuh menerima atau menerimanya.
Atheis
praktis ini dapat berupa;
·
Ketiadaaan motivasi
religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi,
ataupun bentuk-bentuk lainnya.
·
Mengesampingkan masalah
tuhan daan religi secara aktif dan dan penelusuran intelek dan tindakaan
praktis
·
Pengabaian, yakni
ketiadaan ketertarikan apapun pada permaasalahan tuhan dan agamaa
·
Ketidak taahuaan akaan
konsef tuhan dan dewa.[7]
Daftar Pustaka
Loreus
isqut,kamus filsafat, (jakarta ; PT.
Gramedia, 1996)
M.
Yafas, diktat perbandingan Teologi,(padang:
1993)
Harry
hemersma, tokoh-tokoh filsafat modern, (jakarta
; PT. Gramedia. 1992)
Lois
leaby, masalah ketuhanan dewasa ini, (yogyakarta:
leanusius, 1982),
Wahyu
nafis, presing Over melintasi batas
agama, (jakarta; PT. Gramedia. 1998)
http//uphiedrgon.wordpress.com/2008/09/22/ateisme
sebagai permasalahan terminologis
[1] Loreus isqut,kamus filsafat, (jakarta
; PT. Gramedia, 1996) hal 94
[2] M. Yafas, diktat perbandingan
Teologi,(padang: 1993) hal. 140
[3] Harry hemersma, tokoh-tokoh
filsafat modern, (jakarta ; PT. Gramedia< 1992) hal 80
[4] Lois leaby, masalah ketuhanan
dewasa ini, (yogyakarta: leanusius, 1982), hal 80
[5] Wahyu nafis, presing Over
melintasi batas agama, (jakarta; PT. Gramedia. 1998) hal 88
[6] http//uphiedrgon.wordpress.com/2008/09/22/ateisme sebagai permasalahan
terminologis
[7] ..ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar