Selasa, 24 Januari 2012

ATHEIS PRAKTIS DAN ATHEIS TEORITIS


Pendahuluan
Dewasa ini pemahaman atau keterikatan mengenai ketuhanan sangat banyak bermunculan apalagi masalah ketidak yakinan seseorang kepada sang maha agung yakni Tuhan. Baik itu di dunia timur maupun di dunia barat, dikarenakan masalah semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Sehingga orang orang berpaling kedalam kepercayaan yang di yakini nya sebagai sesuatu yang benar, baik itu dirinya sendiri maupun alam yang tampak ini. Dan mulai meragukan keyakinan nya kepada yang di agung nya itu sendiri yakniTuhan. Dan sampai sampai ada yang meyakini bahwa tuhan itu tidak ada (atheis)..
Di dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan bagaimana atheisme itu sendiri dan apa apa saja bagian dari atheis itu sendiri, baik itu atheis teoritis maupun atheis praktis,
Kemudian di dalam makalah ini, penulis juga menggambarkan bagaiman konsep yang di pakai di dalam paham atheisme prakti dan juga di dalam paham atheisme teoritis
 Memang di dalam makalah ini ada yang agak melenceng dari pembahasan yang sebenarnya sebab, penulis rasa itu perlu di bahas dan sangat wajib di ketahui dan di diskusikan, apalagi di dalam pembahasan mengenai pembagian dari atheis itu sendiri.


ATHEIS PRAKTIS DAN ATHEIS TEORITIS
1. Pengertian Atheisme
Kata Atheis berasal dari bahaasa yunani yakni Atheos yang berarti tanpa Tuhan, a artinya tidak dan theos berarti tuhan. Dan di dalam kamus filsafat disebutkan atheisme barasal dari atidak” dan Teisme paham tentang Tuhan.[1] Secara terminologi Atheis adalah suatu aliran yang tidak mengakui adanya Tuhan dan juga menolak agama sebagai jalan kehidupan. [2]
Atheis adalah suatu aliran yang muncul pada abad ke 19 masehi yang meyakini bahwa Tuhan di dalam kehidupan manusia tidaklah ada. sebenarnya atheis bukanlah suatu paham yang meyakini bahwa Tuhan tidak ada, melainkan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.
Atheis bukanlah suatu keyakinan atau kepercaayaan (Agama) melainkan suatu sistem ketidak percayaan atau ketidak yakinan. Atheis bukanlah sebuah agama, yang memiliki ajaran secara resmi, sebab tidak punya ajaran tertentu, tidak punya kitab suci tertentu dan tidak juga menyembah apapun.
Atheis hanyalah suatu keadaan sebatas tidak percaya bahwa Tuhan ada, tidak lebih dari itu, tapi tidak ada jaminan seorang beragama dan percaya pada tuhan akan berbuat baik. Sebenar nya pemikran bahwa tidak ada Tuhan tidak berarti juga berpikir bahwa manusia bebas melakukan apapun.
2.Latar belakang munculnya Atheis
Ateis adalah suatu paham yang muncul sekitar abad ke-19 masehi, yang mana pada masa itu sekelompok orang telah di pengaruhi oleh alam, keaktualan diri sendiri, percaya pada faktual nyata alam panca indra. Sehingga sesuatu yang di luar diri manusia itu tidaklah ada.
Pengaruh eksistensialisme pada abad ke-19 awal abad-20 telah mempengaruhi manusia. Dalam filsafat eksistensialisme, mengajarkan bahwa manusia yang sesungguhnya bereksistensi. Maksudnya manusia sama sekali bebas, ia dihukum untuk hidup dengan bebas. Dapat kita pahami bahwa eksistensilisme inilah yang sangat mempengaruhi untuk tidak percaya kepada Tuhan.[3]
            Dari rujukan lain penulis mendapatkan bahwa, latar belakang munculnya Atheis ini pertama kali di gunakan untuk merujuk pada ”kepercayaan tersendiri” pada akhir abad ke- 18 di eropa, utama nya merujuk kepada ketidak percayaan pada tuhan monoteis. Pada abad ke-20, globalisasi memperluas definisi istilah ini untuk merujuk pada “ketidakpercayaan pada semua Tuhan/Dewa” walaaupun masih umum untuk merujuk atheis sebagai “ketidakpercayaan pada tuhan (monoteis).”
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya Atheis ini yakni;
À      Perkembangan teknologi dan sains
À      Faham sosial progresif
À      Faktor moraliti

Pembagian Atheis
Atheis dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian yakni;
1.      Atheis klasik
Atheis klasik adalah penyangkalan tuhan nerdasarkan pengalaman-pengalaman pahit yang dilalui oleh manusia dalam hidupnya. Di dalam kelompok ini di yakini bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi  manusia menjadi atheis, yakni;
·         Faktor yang meyakini bahwa bumi dan alam semesta ini tidak memperhatikan kesempurnaan yang diharapkan oleh sang pencipta.
·         Faktor yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak adil.[4]


2.      Atheis praktis dan atheis teoritis
Di dalam paham ini, yakni atheis praktis, sebenarnya masih meyakini akan adanya Tuhan, tetapi menolak dengan cara hidupnya. Dalam hidupnya ia bertindak seolah olah tuhan tidak ada. kemudian atheis teoritis, di dalam atheis teotitis ini dapat di bagi menjadi dua yakni;
·         Atheis Teoritis Negatif, penganut paham ini mengakui bahwa tidak mengetahui tuhan, maksudnya ia kacau dalam masalah tentang ketuhanan. Meragukan keberadaan tuhan karena argumen mengenai ketuhanan itu mustahil.
·         Atheis Teoritis Positif, paham ini meyakini bahwa secara sabjektif tuhan itu tidak ada.
3.      Atheis Materialisme Dan Posiotifisme, bentuk atheis ini secara gamlang dapat di temukan dalam materialisme dan posiotifisme. Aliran aliran ini menolak keberadaan Tuhan yang rohani dan Trasenden.[5]

Atheisme Praktis Dan Atheis Teoritis
Atheisme Teoritis
Atheis teoritis secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan Tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan Tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan  dan taruhan dari pascal terhadap berbagai alasan-alasan teoriis untuk menolak keberadaan Tuhan, utamanya secara ontologis, aksiologis, dan epistemologis. Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis.[6]
Atheis Praktis
Dalam atheis praktis atau prakmaatis, yang juga dikenaal sebaagai apetaisme, individu hidup tanpaa Tuhan dan menjelaskan penomena alam tanpa menggunakan alasan paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan Tuhan tidaklah disangkal, namun dapaat dianggap sebagaai tidak penting dan tidak berguna, tuhan tidaklah memberikan kita tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Salah satu bentuk ateisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas ilmiah adalah naturalisme motodologis, yaaitu pengambilan asumsi naturaalisme filosofis dalam metode ilmiah yang tidak di ucapkan dengan ataaupun tanpa secara penuh menerima atau menerimanya.
Atheis praktis ini dapat berupa;
·         Ketiadaaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentuk-bentuk lainnya.
·         Mengesampingkan masalah tuhan daan religi secara aktif dan dan penelusuran intelek dan tindakaan praktis
·         Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permaasalahan tuhan dan agamaa
·         Ketidak taahuaan akaan konsef tuhan dan dewa.[7]


Daftar Pustaka
Loreus isqut,kamus filsafat, (jakarta ; PT. Gramedia, 1996)
M. Yafas, diktat perbandingan Teologi,(padang: 1993)
Harry hemersma, tokoh-tokoh filsafat modern, (jakarta ; PT. Gramedia. 1992)
Lois leaby, masalah ketuhanan dewasa ini, (yogyakarta: leanusius, 1982),
Wahyu nafis, presing Over melintasi batas agama, (jakarta; PT. Gramedia. 1998)
http//uphiedrgon.wordpress.com/2008/09/22/ateisme sebagai permasalahan terminologis



[1] Loreus isqut,kamus filsafat, (jakarta ; PT. Gramedia, 1996) hal 94
[2] M. Yafas, diktat perbandingan Teologi,(padang: 1993) hal. 140
[3] Harry hemersma, tokoh-tokoh filsafat modern, (jakarta ; PT. Gramedia< 1992) hal 80
[4] Lois leaby, masalah ketuhanan dewasa ini, (yogyakarta: leanusius, 1982), hal 80
[5] Wahyu nafis, presing Over melintasi batas agama, (jakarta; PT. Gramedia. 1998) hal 88
[6] http//uphiedrgon.wordpress.com/2008/09/22/ateisme sebagai permasalahan terminologis
[7] ..ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar