Corak Teologi Syafi"i Maarif
Oleh: Adi Putra Jaya
Pendahuluan
Dewasa ini
perkembangan pemikiran teologi islam
sangatlah tampak pada tokoh-tokoh modernis di dunia islam apalagi di
Indonesia saat ini, orang orang telah sibuk dengan apa yang dikatakan nya sebai
suatu faham dan apa yang di bicarakan nya sebagai suatu ideology keislaman yang
berbicara mengenai konsef ketuhanan atau bias di bilang konsef teologi.
Adapun salah
satu tokoh modernis islam indonesia adalah syafii maarif yang berdarah minang
yakni berasal dari kabupaten sijunjung. Provinsi sumatera barat. Syafii maarif
adalah salah satu tokoh pembaharuan di Indonesia, ini terbukti dari kifrahnya
di kanca organisasi yang di embannya yakni muhammadiah.
Di dalam
makalah ini penulis tidak akan panjang lebar menjelaskan tentang modernism
dunia islam Indonesia yang di jelaskan oleh syafii maarif, melainkan penulis
mencoba menjelaskan bagaimana pemikiran teologinya syafii maarif. Baik itu
masalah kedudukan akal dan wahyu, kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
sifat-sifat tuhan, maupun konsep iman.
AHMAD SYAFII
MAARIF
a.
Biografi
Ahmad Syafi'i
Ma'arif adalah mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah (1999-2004),
beliau dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1935 di Sumpurkudus, Kabupaten
Sijunjung, provinsi Sumatera Barat, beliau
dikenal sebagai seorang tokoh dan ilmuwan yang mempunyai
komitmen kebangsaan
yang kuat. Sikapnya yang plural, kritis, dan bersahaja telah memposisikannya
sebagai Bapak
Bangsa. Ia tidak segan-segan mengkritik sebuah kekeliruan, meskipun yang
dikritik itu adalah temannya sendiri.[1] Beliau
dilahirkan di lingkungan yang bisa dibilang islami. Ia dikenal sebagai sosok
bijaksana dan agamis, meski banyak kalangan yang mengklaim beliau sebagai tokoh
yang berpaham liberal. Memang beliau di besarkan di Yogyakarta, tetapi
identitas minang nya masih kental pada dirinya, ini terbukti dari logat
bahasanya dan juga pengaruh beliau di kampung halaman nya. Yakni di sumpurkudus
terutama di Sumatra barat.[2]
b.
Riwayat pendidikan
Syafi’i kecil
memulai pendidikannya dimulai dengan mengikuti pendidikan formal di SD Negeri
Sumpurkudus, pada tahun 1947. Kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Sumpurkudus. Selanjutnya Syafi’i memasuki ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yaitu di Madrasah Mu’alimin
muhammadiyah lintau, setingkat dengan SLTP (Sekolah Lanjutan Menengah Pertama).
Masa sekolah
Syafi’i bisa dibilang banyak menemui kesulitan. Ketika akan masuk SMA
Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1956, Syafi’i ditolak karena berasal dari
SLTP di Desa Lintau di Sumatera Barat, yang dianggap tidak bermutu. Ia lalu
mendaftar ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah di kota yang sama. Di sekolah yang
mencetak kader-kader da’i Muhammadiyah itu, nilai rapor Syafi’i selalu bagus
dan selalu mendapat peringkat satu.
Lulus dari
Muhammadiyah, Syafi’i sempat terdaftar sebagai mahasiswa di IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, sebelum masuk Fakultas Hukum Universitas Islam HOS Cokroaminoto
Surakarta dan akhirnya pindah ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Sejarah IKIP Yogyakarta.
Setelah lulus
sarjana dari IKIP Yogyakarta, yaitu pada tahun 1964, ia melanjutkan kuliah S2
di Illinois, Amerika Serikat. Tetapi karena anak lelakinya meninggal dunia, ia
harus meninggalkan kuliah masternya dan kembali ke tanah air. Pada tahun 1980,
Syafi’i memutuskan kembali ke Amerika dan mengambil kuliah di Jurusan Sejarah,
Ohio University, Athens, Ohio, yang sebelumnya sempat mengajar di Indonesia
beberapa tahun. Syafi’i sempat mengajar, antara lain sebagai guru bahasa
indonesia dan bahasa inggris di sebuah SMP di baturetno, Surakarta (1959-1963),
guru bahasa indonesia dan bahasa inggris di SMA Islam Surakarta (1963 - 1964),
Dosen Sejarah dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (1964
- 1969), Dosen IKIP Yogyakarta (1967-1969), Asisten dosen paruh waktu Sejarah
dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (1969-1972),
Asisten Dosen Sejarah Asia Tenggara IKIP Yogyakarta (1969-1972), Dosen paruh
waktu Sejarah Asia Barat Daya IKIP Yogyakarta (1973-1976).
Selain itu,
beliau juga memiliki kegiatan lain, yaitu sebagai Pengurus Masyarakat Sejarawan
Indonesia, dan Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta
(1988-1990).
Beliau juga
mengambil S3 Pemikiran Islam, Universitas Chicago, Amerika, pada tahun 1983,
dan mendapat gelar Ph.D. Sejak di Chicago itulah Syafi’i memulai kuliah di
bawah bimbingan Fazlur Rahman, seorang pembaharu Islam dari Mesir, yang
dianggapnya banyak memberikan pencerahan, termasuk dalam memahami Alquran. Di
sana pula, ia kerap terlibat diskusi intensif dengan Nurcholish
Madjid dan Amien Rais yang sedang
mengikuti pendidikan doktornya[3]
c.
Karya tulis
d.
Pemikiran teologi syafii maarif
Memang banyak
pemikiran yang di tuangkan oleh syafii maarif, baik itu pemikiran yang
berbicara masalah modernism di dunia islam maupun pemikiran mengenai kemajuan
umat islam Indonesia dewasa ini. Tetapi penulis tidak akan menyinggung masalah
pengaruh pemikiran modernism yang di bawanya kepada umat islam Indonesia dewasa
ini, melainkan pemikiran teologinya. Adapun pemikiran teologinya dapat kita
lihat dari pemikirannyasebagai berikut.
·
Kedudukan akal dan wahyu
Memang beliau
tidak pernah menyinggung masalah kedudukan akal dan wahyu. Baik di dalam
pemikiran nya maupun di dalam tulisan nya, tetapi penulis berpendapat bahwa
beliau meletakkan kedudukan akal sebagai konfirmasi dan wahyu sebagai
informasi, ini dapat dilihat dari pemikirnanya yang banyak memakai dalil al
qur’an, dan juga latar belakang lingkungan nya yang mempengaruhinya yakni
lingkungan muhammadiyah.
·
Konsep iman
Konsep iman
menurut beliau sangat berbeda sekali dengan konsep iman yang di jelaskan oleh
HAMKA, Menurut beliau tidak adanya paksaan dalam beragama, beriman atau tidak
beriman itu persoalan pilihan saja. Orang boleh beriman, boleh juga tidak.
Tidak ada seorang pun yang berhak memaksa-maksa. Dalam Surat Yunus ayat 100
dinyatakan bahwa persoalan iman itu bukan urusan Allah. Itu murni hak manusia,
yang muncul dari kesadaran kita semua. Yang paling penting adalah kerukunan dan
tidak saling mengganggu. Tidak saling membunuh, tidak pula saling meniadakan.[5]
·
Kekuasaan dan kehendak
mutlak tuhan
Masalah
kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, menurut beliau tuhan itu mempunyai
kekuasaan dan kehendak mutlak, tetapi mustahil tuhan itu bersifat absolute,
karena seandainya tuhan itu bersifat absolut maka manusia tidak bebas
berkehendak dan memilih pilihannya yang bagus menurutnya. Jadi manusia itu
boleh bebas tetapi bebas terkait dengan ajaran yang di yakini nya. Maksudnya
manusia boleh sebebas bebas-bebasnya tetapi manusia harus juga mempertanggung
jawabkan apa yang pernah ia lakukan selama ia di dunia.
·
Sifat-sifat tuhan
Pemikiran
teologi islam mengenai sifat tuhan ini sama seperti corak teologinya asy’
ariyah yang berpendapat bahwa tuhan itu mempunyai sifat tetapi sifat tuhan itu
tidak lain dari pada zat. Jadi dapat penuis simpulkan bahwa Menurut beliau
tuhan mempunyai sifat, tetapi sifat tuhan tidak lain dari pada zat.
Dari penjelasan
di atas dapat penulis simpulkan bahwa syafii maarif memakai dua faham di dalam
teologi islam yakni faham yang lebih condrong kepada faham yang bersifat
rasional dan faham yang bersifat tradisional. Tetapi menurut penulis beliau
boleh dikatakan sebagai tokoh yang berfaham tradisional dinamis, sebab beliau
berpijak dari faham yang bersifat tradisional, kepada faham yang bersifat
rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Maarif, syafii ahmad, Studi tenteng percaturan dalam
konstituante Islam dan masalah kenegaraan,(Jakarta: LP3ES 1985)
Http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
http://www.sijunjung.go.id/?mod=sosok&pil=detil&id=4
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
http://sejarah.kompasiana.com/2010/07/13/mengenal-dekat-ahmad-syafi%E2%80%99i-ma%E2%80%99arif/
Wawancara dengan tokoh masyarakat sumpurkudus, Sumpurkudus 19
Agustus 2011
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
[2] Wawancara dengan tokoh masyarakat sumpurkudus,
Sumpurkudus 19 Agustus 2011
[3] http://www.sijunjung.go.id/?mod=sosok&pil=detil&id=4
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
[5] http://sejarah.kompasiana.com/2010/07/13/mengenal-dekat-ahmad-syafi%E2%80%99i-ma%E2%80%99arif/
MISI ISLAM MUTLAK PERTAMA SOAL TUHAN
BalasHapusVersi Al Quran dan nampaknya satu-satunya surat dan ayatnya:
Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah (andziruu) olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku (Allah), maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku" (QS. 16:2)
Versi Buya Syafii Ma’arif
“Ingat, Nabi itu dimusuhi kafir Quraisy bukan karena Nabi mengajarkan untuk menyembah Tuhan, tapi karena Nabi mengajarkan untuk bangkit melawan sistem yang menindas rakyat kecil. Nabi dilawan karena menegakkan keadilan.”
http://ahlulbaitindonesia.org/berita/8288/islam-indonesia-sejuk-dan-anti-penindasan/