Selasa, 24 Januari 2012

corak teologi syafi"i maarif

Corak Teologi Syafi"i Maarif
Oleh: Adi Putra Jaya

Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan pemikiran teologi islam  sangatlah tampak pada tokoh-tokoh modernis di dunia islam apalagi di Indonesia saat ini, orang orang telah sibuk dengan apa yang dikatakan nya sebai suatu faham dan apa yang di bicarakan nya sebagai suatu ideology keislaman yang berbicara mengenai konsef ketuhanan atau bias di bilang konsef teologi.
Adapun salah satu tokoh modernis islam indonesia adalah syafii maarif yang berdarah minang yakni berasal dari kabupaten sijunjung. Provinsi sumatera barat. Syafii maarif adalah salah satu tokoh pembaharuan di Indonesia, ini terbukti dari kifrahnya di kanca organisasi yang di embannya yakni muhammadiah.
Di dalam makalah ini penulis tidak akan panjang lebar menjelaskan tentang modernism dunia islam Indonesia yang di jelaskan oleh syafii maarif, melainkan penulis mencoba menjelaskan bagaimana pemikiran teologinya syafii maarif. Baik itu masalah kedudukan akal dan wahyu, kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, sifat-sifat tuhan, maupun konsep iman.
AHMAD SYAFII MAARIF
a.       Biografi
Ahmad Syafi'i Ma'arif adalah mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah (1999-2004), beliau dilahirkan pada tanggal  31 Mei 1935 di  Sumpurkudus, Kabupaten Sijunjung, provinsi Sumatera Barat, beliau dikenal sebagai seorang tokoh dan ilmuwan yang mempunyai komitmen kebangsaan yang kuat. Sikapnya yang plural, kritis, dan bersahaja telah memposisikannya sebagai Bapak Bangsa. Ia tidak segan-segan mengkritik sebuah kekeliruan, meskipun yang dikritik itu adalah temannya sendiri.[1] Beliau dilahirkan di lingkungan yang bisa dibilang islami. Ia dikenal sebagai sosok bijaksana dan agamis, meski banyak kalangan yang mengklaim beliau sebagai tokoh yang berpaham liberal. Memang beliau di besarkan di Yogyakarta, tetapi identitas minang nya masih kental pada dirinya, ini terbukti dari logat bahasanya dan juga pengaruh beliau di kampung halaman nya. Yakni di sumpurkudus terutama di Sumatra barat.[2]
b.      Riwayat pendidikan
Syafi’i kecil memulai pendidikannya dimulai dengan mengikuti pendidikan formal di SD Negeri Sumpurkudus, pada tahun 1947. Kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Sumpurkudus. Selanjutnya Syafi’i memasuki ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yaitu di Madrasah Mu’alimin muhammadiyah lintau, setingkat dengan SLTP (Sekolah Lanjutan Menengah Pertama).
Masa sekolah Syafi’i bisa dibilang banyak menemui kesulitan. Ketika akan masuk SMA Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1956, Syafi’i ditolak karena berasal dari SLTP di Desa Lintau di Sumatera Barat, yang dianggap tidak bermutu. Ia lalu mendaftar ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah di kota yang sama. Di sekolah yang mencetak kader-kader da’i Muhammadiyah itu, nilai rapor Syafi’i selalu bagus dan selalu mendapat peringkat satu.
Lulus dari Muhammadiyah, Syafi’i sempat terdaftar sebagai mahasiswa di IAIN Sunan Ampel, Surabaya, sebelum masuk Fakultas Hukum Universitas Islam HOS Cokroaminoto Surakarta dan akhirnya pindah ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Sejarah IKIP Yogyakarta.
Setelah lulus sarjana dari IKIP Yogyakarta, yaitu pada tahun 1964, ia melanjutkan kuliah S2 di Illinois, Amerika Serikat. Tetapi karena anak lelakinya meninggal dunia, ia harus meninggalkan kuliah masternya dan kembali ke tanah air. Pada tahun 1980, Syafi’i memutuskan kembali ke Amerika dan mengambil kuliah di Jurusan Sejarah, Ohio University, Athens, Ohio, yang sebelumnya sempat mengajar di Indonesia beberapa tahun. Syafi’i sempat mengajar, antara lain sebagai guru bahasa indonesia dan bahasa inggris di sebuah SMP di baturetno, Surakarta (1959-1963), guru bahasa indonesia dan bahasa inggris di SMA Islam Surakarta (1963 - 1964), Dosen Sejarah dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (1964 - 1969), Dosen IKIP Yogyakarta (1967-1969), Asisten dosen paruh waktu Sejarah dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (1969-1972), Asisten Dosen Sejarah Asia Tenggara IKIP Yogyakarta (1969-1972), Dosen paruh waktu Sejarah Asia Barat Daya IKIP Yogyakarta (1973-1976).
Selain itu, beliau juga memiliki kegiatan lain, yaitu sebagai Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia, dan Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta (1988-1990).
Beliau juga mengambil S3 Pemikiran Islam, Universitas Chicago, Amerika, pada tahun 1983, dan mendapat gelar Ph.D. Sejak di Chicago itulah Syafi’i memulai kuliah di bawah bimbingan Fazlur Rahman, seorang pembaharu Islam dari Mesir, yang dianggapnya banyak memberikan pencerahan, termasuk dalam memahami Alquran. Di sana pula, ia kerap terlibat diskusi intensif dengan Nurcholish Madjid dan Amien Rais yang sedang mengikuti pendidikan doktornya[3]
c.       Karya tulis
·         Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis, Yayasan FKIS-IKIP, Yogyakarta, 1975
·         Dinamika Islam, Shalahuddin Press, 1984
·         Islam, Mengapa Tidak?, Shalahuddin Press, 1984
·         Percik-percik Pemikiran Iqbal, Shalahuddin Press, 1984
·         Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1985[4]
d.      Pemikiran teologi syafii maarif
Memang banyak pemikiran yang di tuangkan oleh syafii maarif, baik itu pemikiran yang berbicara masalah modernism di dunia islam maupun pemikiran mengenai kemajuan umat islam Indonesia dewasa ini. Tetapi penulis tidak akan menyinggung masalah pengaruh pemikiran modernism yang di bawanya kepada umat islam Indonesia dewasa ini, melainkan pemikiran teologinya. Adapun pemikiran teologinya dapat kita lihat dari pemikirannyasebagai berikut.
·         Kedudukan akal dan wahyu
Memang beliau tidak pernah menyinggung masalah kedudukan akal dan wahyu. Baik di dalam pemikiran nya maupun di dalam tulisan nya, tetapi penulis berpendapat bahwa beliau meletakkan kedudukan akal sebagai konfirmasi dan wahyu sebagai informasi, ini dapat dilihat dari pemikirnanya yang banyak memakai dalil al qur’an, dan juga latar belakang lingkungan nya yang mempengaruhinya yakni lingkungan muhammadiyah.
·         Konsep iman
Konsep iman menurut beliau sangat berbeda sekali dengan konsep iman yang di jelaskan oleh HAMKA, Menurut beliau tidak adanya paksaan dalam beragama, beriman atau tidak beriman itu persoalan pilihan saja. Orang boleh beriman, boleh juga tidak. Tidak ada seorang pun yang berhak memaksa-maksa. Dalam Surat Yunus ayat 100 dinyatakan bahwa persoalan iman itu bukan urusan Allah. Itu murni hak manusia, yang muncul dari kesadaran kita semua. Yang paling penting adalah kerukunan dan tidak saling mengganggu. Tidak saling membunuh, tidak pula saling meniadakan.[5]
·         Kekuasaan dan kehendak  mutlak tuhan
Masalah kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, menurut beliau tuhan itu mempunyai kekuasaan dan kehendak mutlak, tetapi mustahil tuhan itu bersifat absolute, karena seandainya tuhan itu bersifat absolut maka manusia tidak bebas berkehendak dan memilih pilihannya yang bagus menurutnya. Jadi manusia itu boleh bebas tetapi bebas terkait dengan ajaran yang di yakini nya. Maksudnya manusia boleh sebebas bebas-bebasnya tetapi manusia harus juga mempertanggung jawabkan apa yang pernah ia lakukan selama ia di dunia.
·         Sifat-sifat tuhan
Pemikiran teologi islam mengenai sifat tuhan ini sama seperti corak teologinya asy’ ariyah yang berpendapat bahwa tuhan itu mempunyai sifat tetapi sifat tuhan itu tidak lain dari pada zat. Jadi dapat penuis simpulkan bahwa Menurut beliau tuhan mempunyai sifat, tetapi sifat tuhan tidak lain dari pada zat.
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa syafii maarif memakai dua faham di dalam teologi islam yakni faham yang lebih condrong kepada faham yang bersifat rasional dan faham yang bersifat tradisional. Tetapi menurut penulis beliau boleh dikatakan sebagai tokoh yang berfaham tradisional dinamis, sebab beliau berpijak dari faham yang bersifat tradisional, kepada faham yang bersifat rasional.



DAFTAR PUSTAKA
Maarif, syafii ahmad, Studi tenteng percaturan dalam konstituante Islam dan masalah kenegaraan,(Jakarta: LP3ES 1985)
Http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
http://www.sijunjung.go.id/?mod=sosok&pil=detil&id=4
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
http://sejarah.kompasiana.com/2010/07/13/mengenal-dekat-ahmad-syafi%E2%80%99i-ma%E2%80%99arif/
Wawancara dengan tokoh masyarakat sumpurkudus, Sumpurkudus 19 Agustus 2011



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
[2] Wawancara dengan tokoh masyarakat sumpurkudus, Sumpurkudus 19 Agustus 2011
[3] http://www.sijunjung.go.id/?mod=sosok&pil=detil&id=4
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif
[5] http://sejarah.kompasiana.com/2010/07/13/mengenal-dekat-ahmad-syafi%E2%80%99i-ma%E2%80%99arif/

1 komentar:

  1. MISI ISLAM MUTLAK PERTAMA SOAL TUHAN

    Versi Al Quran dan nampaknya satu-satunya surat dan ayatnya:

    Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah (andziruu) olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku (Allah), maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku" (QS. 16:2)

    Versi Buya Syafii Ma’arif

    “Ingat, Nabi itu dimusuhi kafir Quraisy bukan karena Nabi mengajarkan untuk menyembah Tuhan, tapi karena Nabi mengajarkan untuk bangkit melawan sistem yang menindas rakyat kecil. Nabi dilawan karena menegakkan keadilan.”

    http://ahlulbaitindonesia.org/berita/8288/islam-indonesia-sejuk-dan-anti-penindasan/

    BalasHapus